Sudah sejak lama
orang memikirkan dari mana asal energi matahari yang begitu panas dan setiap
hari dipancarkan ke bumi, namun sampai saat ini belum juga habis sumber energi
tersebut. Sampai dengan pertengahan abad ke 19, pada saat orang belum mengenal
reaksi nuklir, orang masih menganggap bahwa energi matahari berasal dari bola
api besar yang sangat panas. Kalau benar bahwa matahari berasal dari bola api
besar, lantas timbul pertanyaan apa yang menjadi bahan bakar bola api tersebut?
Para ilmuwan pada saat itu belum bisa menjawab dengan tepat. Mungkinkah kayu,
batubara, minyak atau bahan bakar lainnya yang terdapat di matahari yang
dibakar berdasarkan reaksi kimia biasa sehingga timbul bola api besar tersebut?
Kalau benar bahan-bahan tersebut dibakar untuk menghasilkan energi matahari,
maka berdasarkan perhitungan reaksi kimia, energi yang dihasilkan hanya dapat
bertahan beberapa ribu tahun saja. Setelah itu matahari akan padam. Padahal
matahari telah memancarkan energinya sejak ratusan juta bahkan orde milyard
tahun yang lalu. Dengan demikian maka anggapan bahwa sumber energi matahari
tersebut berasal dari kayu, batubara, minyak atau bahan bakar lainnya adalah
tidak benar.
Para ahli
astronomi dan juga astrofisika pada saat ini telah memperkirakan bahwa
unsur-unsur kimia yang ada di bumi juga terdapat di matahari. Akan tetapi
sebagian besar unsur kimia yang terdapat di matahari tersebut, sekitar 80%
berupa gas Hidrogen. Sedangkan unsur kedua yang banyak terdapat di matahari
adalah gas Helium, kurang lebih sebanyak 19 % dari seluruh massa matahari.
Sisanya yang 1 % terdiri atas unsur-unsur Oksigen, Magnesium, Nitrogen,
Silikon, Karbon, Belerang, Besi, Sodium, Kalsium, Nikel serta beberapa unsur
lainnya. Unsur-unsur kimia tersebut bercampur menjadi satu dalam bentuk gas sub
atomik yang terdiri atas inti atom, elektron, proton, neutron dan positron. Gas
sub atomik tersebut memancarkan energi yang amat sangat panas yang disebut
"plasma". Energi matahari dipancarkan ke bumi dalam berbagai macam
bentuk gelombang elektromagnetis, mulai dari gelombang radio yang panjang
maupun yang pendek, gelombang sinar infra merah, gelombang sinar tampak,
gelombang sinar ultra ungu dan gelombang sinar -x. Secara visual yang dapat
ditangkap oleh indera mata adalah sinar tampak, sedangkan sinar infra merah
terasa sebagai panas. Bentuk gelombang elektromagnetis lainnya hanya dapat
ditangkap dengan bantuan peralatan khusus, seperti detektor nuklir berikut
piranti lainnya. Pada saat matahari mengalami plage yang mengeluarkan energi
amat sangat panas, kemudian diikuti terjadinya flare yaitu semburan partikel
sub atomik keluar dari matahari menuju ke ruang angkasa, maka pada sistem
matahari diperkirakan telah terjadi suatu reaksi thermonuklir yang sangat
dahsyat,
Para ahli telah bersepakat
bahwa energy yang terbentuk
pada inti Matahari dihasilkan dari
suatu
proses
reaksi inti (nuklir) yang biasa disebut
reaksi fusi
(reaksi penggabungan) inti-inti
hidrogen membentuk inti helium.
Reaksi
fusi nuklir inidiperkirakan meliputi
tiga
tahapan yang disebut rantai
proton-proton,
yang
dapat
dituliskan dalam
bentuk
persamaan reaksi
seperti berikut
:(Tjasyono,
2003)
Jika persamaan reaksi
(8.1 a) dan (8.1 b) dikalikan
dengan dua dan
hasilnya
dijumlahkan
dengan persamaan
reaksi
(8.1 c) maka akan didapatkan reaksi akhir
yang dapat
dituliskan dalam
persamaan
reaksi berikut:
dari reaksi inti , ternyata massa 4He Lebih kecil dari massa 41H, jadi
terdapat massa yang
hilang.
Sesuai dengan
teori relativitas Einstein, massa tersebut
tidak
hilang begitu saja, melainkan diubah menjadi bentuk
energi,
menurut
persamaan
kesetaraan mass adan
energy berikut ini;
E =mc2
Dimana E adalah energy
yang
dihasilkan, m adalah
massa
yang hilang, dan
c adalah kecepatan rambat cahaya
yang nilainya
3x108m/s.
Setiap detik pada inti Matahari 630 juta ton hydrogen (1H) diubah menjadi 625, juta ton helium 4He. Dengan membebaskan energi yang setara dengan4,6 juta ton. Dengan berkurangnya massa matahari sebesar 4,6 juta ton/sekon maka diprediksi Matahari masih dapat memancarkan energy sekitar 5milyar tahun lagi.
Energi Matahari
adalah merupakan sumber
energy utama untuk
proses- proses yang
terjadi
di Bumi. Energi
matahari
sangatmembantu berbaga iproses
fisis dan biologis di Bumi,seperti:
-sumber
gerak
atmosfer
dan laut
-sumber
bahan
makanan
(proses fotosintesis)
-sumber
bahan
bakar
dan air melalui
formasi awan hujan
-pengendali iklim bumi.
Tabel
2.4 menunjukkan berbagai sumber
energi
bagi Bumi. Sumber
energi
dari Bulan, Kilat,
Bintang,
dan
sinar.
Kosmik sangat
kecil
dibanding dengan
energi
matahari,
sehingga
keberadaannya
dapat diabaikan. Rentang
panjang
gelombang elektromagnetik
apa
saja yang
diradiasikan. Matahari
ke ruang angkasa?
Matahari memancarkan
energy hamper pada semua
rentang
panjang gelombang elektromagnetik,
mulai gelombang yang
memiliki panjang
gelombang
panjang
seperti
gelombang radio
dan inframerah,
hingga gelombang
yang memiliki panjang gelombang pendek seperti gelombang
mikro, ultraviolet,
sinar-X, dan
sinar
Gamma. Manusia
di Bumi hanya
dapat
meliha
radiasi
gelombang dengan panjang gelombang pada cahaya
tampak
(visible).
Tabel2.4.Sumber
energi bagi Bumi dan
proporsinya
(Tjasyono,2003)
Sumber
|
Energi
|
|
Erg/s
|
Relatifterhadap
matahari
|
|
Matahari
|
1,76x1024
|
1
|
Bulan
|
3,09x1019
|
1,76x10-5
|
Kilat
|
1,60x1019
|
9,09x10-6
|
Bintang
|
2,61x1017
|
1,48x10-7
|
SinarKosmik
|
1,63x1017
|
9,26x10-8
|
Radiasi Matahari yang kuat
seperti sinar ultraviolet, sinar-X, dan
sinar
Gamma
yang menuju
Bumi
akan
diserap oleh molekul-molekul gas nitrogen
dan gas oksigen yang
terdapat dalam
atmosfer
Bumi bagian atas. Penyerapan
ini menyebabkan
molekul-molekul
gas mengalami proses ionisasi,yaitu
proses lepasnya
sebagian electron
pada molekul-molekul gas sehingga terbentuk ion-ion
positif. Dari proses
ini maka pada
lapisan atmosfer
bagian
atas akan
terbentuk lapisan-lapisan
yang mengandung muatan listrik positif.
Lapisan
atmosfer ini
oleh
para ahli dinamai
ionosfer (lapisan ion). Dengan demikian lapisan ionosfer
ini melindungi Bumi dari
radiasi Matahari yang berbahaya seperti radiasi
ultraviolet. Ionosfer
juga sangat bermanfaat
untuk proses komunikasi dengan
jangkauan jauh
dipermukaan Bumi.
Hal ini
dimungkinkan karena informasi
yang dibawa oleh gelombang radiomedium dapa tdipantulkan
oleh
lapisan
ionosfer kembali
ke Bumi, dan tidak
diteruskan
ke ruang angkasa (Tjasyono,2003).
Kapan pancaran
partikel-partikel bermuatan listrik dari
Matahari intensitasnya
akan meningkat?
Pancaran partikel-partikel
bermuatan listrik dari
Matahari kuantitasnya akan sangat
meningkat ketika jumlah bintik matahari mencapai
maksimum. Hujan partikel
bermuatan ini
menghasilkan induksi
magnetic yang sangat kuat,
kira-kira
ribuan kali induksi
magnetic permukaan Bumi.
Keadaan ini
dapat
menyebabkan
sabuk radiasi
Van Allen sangat radiatif, dan
akibatnya komunikasi dengan gelombang radio
di bumi akan terganggu, kadang-kadang
terpitis-putus.
Kondisi ini terjadi akibat
terganggunya
lapisan
ionosfer oleh pancaran partikel
bermuatan
yang
sangat kuat. Gejala semacam ini
dikenal
dengan istilah
badai magnetik yang sangat mengganggu proses komunikasi
radio
(Tjasyono,
2003).
Para ahli astronomi dan astrofisika berpendapat bahwa dengan
bertambahnya umur matahari, maka pemakaian Hidrogen untuk reaksi thermonuklir
dalam rangka mendapatkan energi yang amat sangat panas makin bertambah. Pada
peristiwa ini energi yang dihasilkan oleh reaksi thermonuklir juga bertambah,
sehingga energi radiasi yang dipancarkan matahari juga bertambah. Hal ini
berarti pula suhu atmosfir bumi akan naik dan bumi akan terasa makin panas.
Apabila pendapat para ahli astronomi dan astrofisika tersebut benar, yaitu dengan bertambahnya umur matahari akan membuat persediaan gas Hidrogen pada permukaan matahari berkurang, maka jelas bahwa cepat atau lambat matahari pada akhirnya akan padam. Berdasarkan teori ini energi radiasi matahari diperkirakan masih dapat bertahan untuk jangka waktu kurang lebih 10.000.000.000 tahun lagi, setelah itu matahari padam. Contohnya adanya bintang yang pada saat ini sedang dalam proses menuju ke keadaan padam, telah dapat direkam gambarnya oleh teleskop ruang angkasa Hublle. Hal ini secara empiris menunjukkan kemungkinan yang sama dapat terjadi pada matahari kita. Namu apa yang terjadi akan terjadi sebelum waku 10.000.000.000. tahun tersebut terjadi? Secara teori dalam perjalanan menuju waktu 10.000.000.000. tersebut, suhu atmosfir bumi akan naik terus karena energi radiasi yang datang dari matahari bertambah panas. Keadaan ini akan menyebabkan es yang ada di kutub utara dan selatan akan mencair yang mengakibatkan tenggelammnya beberapa daratan atau garis pantai akan bergeser ke arah daratan. Kota-kota yang berada di pantai akan tenggelam. Ini baru merupakan bencana awal bagi kehidupan manusia di muka bumi ini. Bencana berikutnya adalah menguapnya semua air yang ada di bumi ini, karena suhu atmosfir bumi makin panas yang pada akhirnya tidak ada lagi air di muka bumi ini. Bumi yang menjadin kering kerontang tanpa air sama sekali dan suhunya yang panas menyebabkan berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Keadaan ini aka terjadi menjelang waktu mendekati 10.000.000.000 tahun yang akan datang.
Apabila pendapat para ahli astronomi dan astrofisika tersebut benar, yaitu dengan bertambahnya umur matahari akan membuat persediaan gas Hidrogen pada permukaan matahari berkurang, maka jelas bahwa cepat atau lambat matahari pada akhirnya akan padam. Berdasarkan teori ini energi radiasi matahari diperkirakan masih dapat bertahan untuk jangka waktu kurang lebih 10.000.000.000 tahun lagi, setelah itu matahari padam. Contohnya adanya bintang yang pada saat ini sedang dalam proses menuju ke keadaan padam, telah dapat direkam gambarnya oleh teleskop ruang angkasa Hublle. Hal ini secara empiris menunjukkan kemungkinan yang sama dapat terjadi pada matahari kita. Namu apa yang terjadi akan terjadi sebelum waku 10.000.000.000. tahun tersebut terjadi? Secara teori dalam perjalanan menuju waktu 10.000.000.000. tersebut, suhu atmosfir bumi akan naik terus karena energi radiasi yang datang dari matahari bertambah panas. Keadaan ini akan menyebabkan es yang ada di kutub utara dan selatan akan mencair yang mengakibatkan tenggelammnya beberapa daratan atau garis pantai akan bergeser ke arah daratan. Kota-kota yang berada di pantai akan tenggelam. Ini baru merupakan bencana awal bagi kehidupan manusia di muka bumi ini. Bencana berikutnya adalah menguapnya semua air yang ada di bumi ini, karena suhu atmosfir bumi makin panas yang pada akhirnya tidak ada lagi air di muka bumi ini. Bumi yang menjadin kering kerontang tanpa air sama sekali dan suhunya yang panas menyebabkan berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Keadaan ini aka terjadi menjelang waktu mendekati 10.000.000.000 tahun yang akan datang.
Pada saat matahari kehabisan reaktan gas Hidrogen, maka reaksi
thermonuklir benar-benar akan berhenti dan ini berarti matahari padam. Matahari
yang telah padam ini akan mengeci;l (menyusust) menjadi suatu planet kecil yang
dingin membeku yang disebut "White dwarf" atau si kerdil putih yang
bukan matahari lagi! Contoh bintang atau planet yang sudah menjadi "white
dwarf" di jagat raya ini cukup banyak, salah satunya planet bintang yang
pada saat ini sedang menuju kematian seperti yang direkam oleh teleskop ruang
angkasa Hubble. Sekali lagi keadaan tersebut akan terjadi 10.000.000.000 tahun
yang akan datang. Keterangan ini merupakan jawaban untuk pertanyaan kapan
reaksi thermonuklir di matahari berhenti .
DAFTAR PUSTAKA
1. Wisnu Arya
Wardhana, 1996, radioekologi, Andi Offset, Yogyakarta.
2. Wisnu Arya Wardhana, 2000, Energi Via Satelite Sebuah gagasan untuk Abab 21, Majalah Energi Edisi No. 7, Yogyakarta.
3. Wisnu Arya Wardhana, 2000, Matahri sebagai Sumber Energi, bahan Ceramah Siaran Interaktif Khasanah Iptek, Radio Bikima, Yogyakarta
4. Kaplan, Irving, 1979, Nuclear Physiscs, Addison Wesle Inc, London>
5. The Sun , 1982, New Book Of Popular Science, Volume II, Grolier Inc, USA.
6. Glasstone, Samuel, 1971, Source Book on Atomic Energy, Van Nostrand, New Jersey.
2. Wisnu Arya Wardhana, 2000, Energi Via Satelite Sebuah gagasan untuk Abab 21, Majalah Energi Edisi No. 7, Yogyakarta.
3. Wisnu Arya Wardhana, 2000, Matahri sebagai Sumber Energi, bahan Ceramah Siaran Interaktif Khasanah Iptek, Radio Bikima, Yogyakarta
4. Kaplan, Irving, 1979, Nuclear Physiscs, Addison Wesle Inc, London>
5. The Sun , 1982, New Book Of Popular Science, Volume II, Grolier Inc, USA.
6. Glasstone, Samuel, 1971, Source Book on Atomic Energy, Van Nostrand, New Jersey.